UNIVERSITAS INABA, Bandung – Di Desa Cimareme, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat, sekelompok ibu rumah tangga yang tergabung dalam Kelompok Wanita Kreatif (KWK) “Tanginas” telah membuktikan bahwa kreativitas dan kolaborasi dapat menjadi jalan menuju kemandirian ekonomi. Dengan brand Awisfooddie, mereka memanfaatkan rebung, tunas bambu yang kaya serat, untuk diolah menjadi berbagai produk makanan sehat. Upaya ini tidak hanya mendukung perekonomian keluarga, tetapi juga membawa dampak positif bagi komunitas mereka.
Mengubah Keterbatasan Menjadi Peluang
Meski memiliki potensi besar, perjalanan KWK “Tanginas” tidaklah mudah. Dengan alat produksi sederhana dan pengetahuan yang terbatas, mereka hanya mampu menghasilkan produk seperti Cheese Stick Rebung. Selain itu, pemasaran masih dilakukan secara konvensional, sehingga sulit menjangkau pasar yang lebih luas.
“Awalnya, kami hanya menggunakan blender rumah tangga. Produksi sangat lambat, dan sulit memenuhi permintaan dalam jumlah besar,” ungkap salah satu anggota KWK.
Melihat tantangan ini, tim dari Universitas Indonesia Membangun dan Universitas Bale Bandung bersama mitra lainnya mengambil langkah untuk mendampingi KWK “Tanginas” melalui program pengabdian masyarakat yang didukung oleh hibah dari DRTPM Kemendikbudristek.
Dukungan Kolaboratif untuk Perubahan
Program ini memberikan solusi menyeluruh, mulai dari menyediakan peralatan produksi seperti mixer dan oven berkapasitas besar, hingga pelatihan keterampilan baru. Para anggota KWK juga dilatih membuat produk inovatif seperti Cheese Nachos dan Brownies Cookies.
Salah satu pencapaian besar dari program ini adalah peluncuran website Awisfooddie.com, yang didukung penuh oleh dana hibah DRTPM Kemendikbudristek. Dengan platform ini, produk KWK “Tanginas” dapat dipasarkan secara digital, menjangkau pelanggan lebih luas, dan meningkatkan brand awareness.
“Dengan bantuan peralatan dan pelatihan, kami bisa memproduksi lebih cepat dan menjual lebih banyak. Kehadiran website benar-benar membuka peluang baru,” ujar Ammara Aliya Finkan selaku ketua KWK “Tanginas”.
Hasil yang Mencerminkan Kesuksesan
Program ini memberikan dampak yang signifikan. Pengetahuan dan keterampilan peserta meningkat, terbukti dari hasil post-test yang melonjak dari skor 67 menjadi 85. Produk baru mereka kini tidak hanya dipasarkan di sekitar desa, tetapi juga mulai menarik perhatian pembeli di luar daerah.
Pendekatan berbasis teknologi ini memberikan perubahan besar. Peningkatan penjualan dan pendapatan membuktikan bahwa KWK “Tanginas” tidak hanya sekadar kelompok usaha biasa, tetapi juga pendorong perubahan di komunitasnya.
Untuk menjaga keberlanjutan usaha, KWK “Tanginas” terus berinovasi dalam pengembangan produk, menjalin kerja sama dengan pemerintah, akademisi, dan komunitas lainnya. Langkah ini diharapkan dapat membawa produk mereka menembus pasar nasional, bahkan internasional.
Inspirasi dari Desa Cimareme
Kisah KWK “Tanginas” adalah bukti nyata bahwa teknologi dan inovasi mampu menciptakan peluang ekonomi, bahkan di tengah keterbatasan. Dengan dukungan DRTPM Kemendikbudristek dan kolaborasi berbagai pihak, mereka berhasil mengubah rebung—bahan sederhana yang sering diabaikan—menjadi produk bernilai tinggi.
Semangat perubahan dari Desa Cimareme ini menginspirasi banyak komunitas lain. Mereka mengingatkan kita semua bahwa inovasi besar sering kali dimulai dari langkah-langkah kecil yang dipadukan dengan tekad dan kerja keras. KWK “Tanginas” bukan hanya produsen makanan sehat, tetapi juga simbol pemberdayaan ekonomi yang berdaya saing di era digital.